Saturday, December 17, 2011

Kemeriahan Natal 2011 di Pos Gloria Senggarang

Hari ini – Sabtu, 17 Desember 2011, kami di Pos Gloria Senggarang merayakan Natal 2011 dengan penuh sukacita. Perayaan kelahiran Kristus ini dihadiri lebih dari 100 hadirin, baik dari anak-anak, ibu-ibu, saudara saudari dari GMI Filadefia Tanjung Pinang, jemaat GMI Gloria Medan yang kebetulan berada di Senggarang dan tamu spesial dari negara tetangga.

Acara yang berlangsung selama 1.5 jam ini diisi dengan berbagai program yang dipersiapkan oleh anak-anak sendiri. Dua orang murid dari kelas SMP: Silvia & Etalia memandu jalannya acara ini.

Tepat pukul 16.00 WIB, perayaan Natal dimulai dengan sambutan dari lause Rachel kemudian doa bersama. Anak-anak kemudian memuji Tuhan dengan pujian Walking with Jesus dan Jingle Bells.

Berikutnya, anak-anak kelas kecil mempersembahkan pujian Sing Noel-Noel, diikuti dengan memuji bersama dengan lagu Natal anak-anak ini. Adik-adik kami dari GMI Filadelfia juga mempersembahkan sebuah pujian Aku Anak Raja.

Lilin Natal kemudian dinyalakan oleh lause Rachel, perwakilan dari anak-anak, ibu-ibu dan tamu. Penyalaan lilin ini diiringi dengan nyanyian lagu: Silent Night.

Program berikutnya adalah persembahan tarian: We are the Reason, dilanjutkan dengan tarian gabungan anak-anak kelas tengah & SMP.

Pesan Natal kali ini disampaikan melalui drama yang dimainkan oleh anak-anak kelas SMP. Drama ini mengisahkan reuni sebuah keluarga di malam Natal yang dipersatukan karena kasih Kristus yang sudah mengampuni dosa dan kesalahan manusia.

Acara Natal yang juga merupakan acara tutup semester ini, diisi dengan pengumuman juara kelas. Anak-anak yang mendapatkan prestasi terbaik di kelasnya masing-masing mendapatkan hadiah khusus sebagai apresiasi atas prestasi belajar mereka.

Di akhir acara, anak-anak Pos Gloria Senggarang diajak untuk bermain games memindahkan karet melalui pipet. Tampak sekali sukacita anak-anak bermain dalam acara kali ini.

Acara kemudian ditutup dengan doa, foto bersama semua hadirin serta pemberian cinderamata sebagai ucapan terima kasih kepada tamu.

“Kami bersyukur kepada Tuhan kalau Natal tahun ini boleh berjalan dengan baik. Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu terselenggaranya Natal ini, khususnya para tamu yang sudah meluangkan waktu untuk merayakan Natal bersama kami. Kiranya Tuhan memberkati kita semua,” pesan lause Rachel – pemimpin Pos Gloria Senggarang. 


Untuk melihat foto-foto Natal kali ini di Pos Gloria Senggarang, silakan klik link di bawah ini

Tuesday, November 15, 2011

Rencana Kegiatan di Tahun 2012

Kami bersyukur untuk berkat Tuhan yang kami terima di tahun-tahun ini dan kami akan terus melihat ke depan untuk mengembangkan pelayanan di tempat ini sehingga keberadaan Pos Gloria Senggarang akan menjadi berkat bagi lebih banyak orang lain.

Di tahun 2012, kegiatan bimbingan Bahasa Inggris akan berjalan sesuai dengan jadwal yang sudah ada dengan kemungkinan kenaikan kelas di tahun ajaran yang baru. Di samping itu, kamipun telah merencanakan beberapa program spesial untuk dirayakan bersama dengan masyarakat di Senggarang di tahun 2012 ini. Berikut adalah daftar kegiatan khusus ini: 


No
Program Spesial
Bulan
Detail Kegiatan
1.
Paskah
8 April
Praise & Worship - Games

2.
Hari Ibu
12 Mei
Lomba Masak Antar Keluarga

3.
Pekan Anak (Penutupan Semester)

23 & 24 Juni
Praise & WorshipGames
4.
Pelayanan Diakonia
Juni - Juli
Membantu anak-anak yang membutuhkan biaya untuk pendaftaran sekolah dan membeli seragam sekolah

5.
Renovasi
Juni - Juli
Mengecat tembok luar rumah

6.
HUT RI
17 Agustus
Games

7.
Kunjungan ke Markas Besar Angkatan Laut di Tanjung Pinang

5 September
Study trip
8.
Oktober Ceria (HUT Pos Gloria Senggarang ke-3)

5 Oktober
Praise & worship – Perayaan Ulang tahun
9.
Korean Day
Oktober
Praise & worship – Persekutuan dengan teman baru dari Korea Selatan

10.
Natal (Penutupan Semester)
Desember
Praise & worship – Pemberian hadiah kepada murid-murid yang memiliki tingkat kehadiran tertinggi di Sekolah Minggu



Bagi Bapak / Ibu / Saudara Saudari seiman yang terbeban dengan pelayanan kami dan ingin berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di atas, kami dengan hati yang terbuka menyambut dukungan Anda sekalian - dalam bentuk dukungan doa, moril maupun materiil - dalam  mengambil bagian dalam pelayanan ini, Silakan hubungi nomor kontak yang tersedia di kolom sebelah kanan dari halaman blog ini untuk informasi lebih lanjut. Kiranya Tuhan menolong kita dalam pelayanan bagi kemuliaan nama-Nya di muka bumi ini. Amen!!!

Kilas Balik Tahun 2011

Paskah menjadi program spesial pertama di tahun ini. Pada April 2011, di Pos Gloria Senggarang diadakan lomba tari kontemporer dengan lagu-lagu rohani untuk anak pra remaja dan remaja serta lomba menghias cangkang telur untuk anak-anak SD. 

Tarian Paskah persembahan anak kelas SMP

Puji Tuhan kalau di bulan Juni 2011, rumah di tempat Pos Gloria Senggarang ini berada mendapatkan dukungan dana dari jemaat GMI Gloria Medan untuk diperluas. Renovasi rumah juga meliputi penggantian lantai dari kayu menjadi beton dan besarnya ruang pertemuan diperpanjang beberapa meter ke depan serta teras rumah yang diperluas. 


Lantai rumah Pos Gloria Senggarang sedang dicor beton
Setelah rumah tempat pos pelayanan diperluas, berkuranglah kekhawatiran kalau tempat ini tidak sanggup menampung hadirin pada saat acara gabungan dan kritikan dari tetangga yang mengatakan kalau keberadaan lantai kayu selalu mengakibatkan polusi suara bagi lingkungan sekitar. Dalam waktu tiga minggu, proses renovasi selesai dan diresmikan penggunaannya oleh Pdt David Wu, gembala siding GMI Gloria Medan melalui suatu ibadah syukur pada 23 Juni 2011 dengan tim misi dari GMI Gloria Medan. 


Persembahan acara dalam ibadah ucapan syukur pasca renovasi rumah
Bulan Juli 2011 menjadi bulan yang tak terlupakan bagi Pos Gloria Senggarang karena pada hari Minggu ke-3 (17 Juli 2011), pelayanan Sekolah Minggu dimulai dengan kehadiran rata-rata 30 anak setiap minggunya. Anak-anak bernyanyi lagu-lagu Sekolah Minggu, bermain games dan juga mendengarkan cerita-cerita Alkitab. Untuk menarik perhatian mereka untuk tetap setia datang ke Sekolah Minggu, setiap anak dibagikan kupon yang dapat dikumpulkan dan ditukarkan dengan hadiah-hadiah menarik. 


Minggu Ceria / Sekolah Minggu di Pos Gloria Senggarang
Untuk lebih mendekatkan anak-anak dengan sejarah kota kelahiran mereka, Tanjung Pinang; anak-anak diajak untuk mengunjungi Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah. Anak-anak belajar sejarah kota Tanjung Pinang dan juga mengenal kebudayaan Melayu yang kental yang menjadi ciri khas kota ini. Kegiatan kunjungan ini dilaksanakan pada 27 Juli 2011 dengan mengajak anak-anak meninjau langsung museum yang kebetulan saat itu menggelar pameran seni kebudayaan Melayu.


Anak-anak SD sedang memperhatikan penjelasan tentang alat musik khas Melayu di Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah
Anak-anak SMP berfoto dengan patung berbusana Melayu di Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah
Tim misi Methodist Korea kembali lagi ke Senggarang pada 3 Agustus 2011. Para pemuda Korea datang bermain dan berbagi dengan anak-anak Senggarang. Mereka memainkan skit dan mempersembahkan pujian dalam bahasa Korea. 


Ucapan Selamat Datang kepada Pdt Joo dari Gereja Methodist Korea Selatan
Tak lengkap rasanya jika pada hari kemerdekaan Indonesia, di Pos Gloria Senggarang tidak diisi dengan permainan ala 17an. Anak-anak diajak untuk bermain dalam lomba makan kerupuk, tepuk stik, pindahkan kelereng, gigit koin bahkan sampai baju mereka basah karena permainan lempar plastik air.

Lomba tepuk stik khas anak-anak Senggarang

Lomba makan kerupuk khas 17-an
Perayaan ulang tahun ke-2 Pos Gloria Senggarang juga diramaikan oleh beberapa tamu dari luar negeri. Masing-masing kelas mempersembahkan pujian bahkan ibu-ibu juga tidak mau kalah dengan anak-anak mereka dengan persembahan pujian. Acara yang berdurasi sekitar 1,5 jam tersebut diakhiri dengan pemotongan kue ulang tahun dan pembagian mie ulang tahun serta bingkisan untuk setiap anak.


Anak-anak kelas besar (kelas 5 & 6 SD) mempersembahkan pujian di HUT Pos Gloria Senggarang ke-2




Ibu-ibupun tidak mau kalah beraksi di HUT Pos Gloria Senggarang ke-2
Kue ulang tahun Pos Gloria Senggarang ke-2
Untuk menutup tahun 2011, pada Sabtu, 17 Desember 2011, dirayakan Natal sekaligus penutupan semester. Acara yang berdurasi sekitar 1.5 jam ini diisi dengan persembahan dari masing-masing kelas, drama dan games. Selengkapnya baca di "Kemeriahan Natal 2011 di Pos Gloria Senggarang". 

Kilas Balik Tahun 2010

Memasuki tahun 2010, kegiatan pelayanan di Pos Gloria Senggarang juga diisi dengan berbagai kegiatan khusus seperti Paskah. Di kelas masing-masing, anak-anak dibagikan cerita Paskah dan telur yang sudah dihiasi anak-anak pada 5 April 2010. Anak-anak mendapat bimbingan tentang arti telur di hari Paskah.


Telur Paskah kreasi Pos Gloria Senggarang
Mulai dari Sabtu ke-3 bulan Mei 2010, ibu-ibu yang sering berkunjung ke Pos Gloria Senggarang dilayani juga melalui kelas bahasa Mandarin. Program ini juga sebagai bentuk pendekatan dan penginjilan pribadi kepada ibu-ibu yang selalu mengantarkan anaknya les bahasa Inggris dan selalu datang untuk ngobrol dan bersenda-gurau di pos setiap akhir pekan. Selain belajar Mandarin, acara dengan ibu-ibu juga diisi dengan demo memasak, simulasi tentang keluarga dan sharing pada hari Sabtu lainnya.


Ibu-ibu sedang mengikuti kelas Bahasa Mandarin
Pada 23 Juni 2010, sebuah acara kebaktian penutupan semester dengan tema “Growing in Christ” diadakan. Acara diisi dengan gerak dan lagu, teka-teki dan ayat hafalan Bahasa Inggris. Anak-anak yang unggul di kelasnya juga mendapatkan hadiah sebagai penghargaan atas prestasi belajar mereka.  

Pemuda dari Bokji Methodist Church Korea Selatan mempersembahkan acara penutupan semester sekaligus English Day


Acara penutupan semester ini juga merupakan English Day– sebuah program kerjasama dengan tim Bokji Methodist Church - Korea  yang berkunjung ke Indonesia. Dalam kegiatan ini, anak-anak belajar untuk beramah-tamah dan bermain dengan teman-teman baru mereka dari Korea. Bahasa Inggris yang sudah mereka pelajari, mereka praktekkan dengan mengajak teman-teman Korea mereka berkelilingi mengunjungi Senggarang, bermain dan bertamu di rumah mereka. 

Ramah tamah dengan pemuda dari Korea Selatan
Kegiatan ini ternyata memberikan pengaruh yang positif bagi masyarakat setempat karena mereka merasakan bahwa anak-anak yang belajar di Pos Gloria Senggarang bukan hanya dididik secara akademis tapi juga dilatih keberaniannya dalam berkomunikasi dengan orang-orang dari luar negeri. Hasilnya, semakin banyak orang tua yang mengirimkan anaknya untuk belajar di tempat ini. 

Di bulan 23 September 2010, dalam rangka merayakan tradisi Tionghua pada pertengahan musim semi yakni Perayaan Kue Bulan, acara lomba menggambar dan menulis puisi bertemakan Yesus Terang Dunia untuk anak-anak digelar. Ternyata, pesertanya bukan hanya anak-anak tapi juga ibu-ibu dan nenek-nenek yang turut berpartisipasi dalam event ini. Selain itu, setiap hadirin dalam acara ini juga mendapatkan masing-masing sebuah kue bulan.

Untuk merayakan ulang tahun yang pertama, pada 7 Oktober 2010, tim misi dari GMI Gloria Medan kembali mengunjungi pos pelayanan ini. Selain berpartisipasi dalam sukacita ulang tahun, tim juga menginjili anak-anak dengan konsep Evangelism Explosion (EE) Kids dan pemutaran video penginjilan untuk para remaja.


Ev. Mary Shi - tim misi GMI Gloria Medan membawakan EE Kids di acara HUT ke-1 Pos Gloria Senggarang 
Foto bersama tim misi GMI Gloria Medan dengan teman-teman di Pos Gloria Senggarang
Pos Gloria Senggarang juga terus mendapat dukungan dari berbagai rekan pelayanan Methodist di Kepri, kali ini dari GMI Anugerah Batam. GMI Anugerah mementaskan panggung boneka penginjilan untuk anak-anak di Senggarang pada bulan Oktober 2010. 


Sama seperti tahun lalu, di bulan Desember 2010, Natal kembali dirayakan untuk kedua kalinya di Pos Gloria Senggarang dengan tema “Terang itu telah datang”.  Pada Kamis, 23 Desember 2010, puji Tuhan, ada sekitar 120 anak dan ibu yang merayakan Natal di tempat ini dengan berbagai acara seperti pujian, tarian, drama, cerita Natal, permainan dan panggung boneka. Natal ini dilayani oleh tim safari pelayanan Institut Injil Indonesia (I3) Malang. Tim tari dari Pos Gloria Senggarang juga berkesempatan melayani di Natal GMI Filadelfia Tanjung Pinang dan Natal Sekolah SonShine – Anglikan.

Tim menari Pos Gloria Senggarang untuk Natal 2010
Tim drama Pos Gloria Senggarang untuk Natal 2010

Mengenal Sebuah Perkampungan Bernama Senggarang

Senggarang adalah sebuah kawasan pemukiman penduduk di Pulau Bintan, Kepulauan Riau (Kepri). Terletak di utara Teluk Riau, Senggarang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kota Tanjung Pinang, ibukota provinsi Kepri. Kawasan ini terkenal sebagai kawasan pecinan-nya Tanjung Pinang karena diyakini sebagai tempat pertama yang disingahi dan didiami oleh para imigran dari Cina sebelum mereka menyebar ke pulau-pulau lainnya di Kepri. Masyarakat setempat menyebut tempat ini dengan nama Tua Po (yang artinya Kota Besar - dalam bahasa Teo Chew).


Courtesy: Google Maps
Peta Kepulauan Riau - Senggarang terletak di utara Tanjung Pinang


Mayoritas penduduk Senggarang (98%) beretnis Tionghua (sekitar 250 keluarga). Bahasa komunikasi utama antar warga adalah bahasa Teo Chew. Bahasa Indonesia dan Mandarin menjadi bahasa pengantar lainnya yang mereka pahami dan hanya digunakan untuk berbicara kepada pendatang / tamu yang mengunjungi Senggarang.


Rumah-rumah masyarakat didirikan dengan model rumah panggung di atas air laut. Rumah-rumah yang dibangun puluhan tahun yang lalu dengan fondasi dan dinding kayu masih tampak kokoh berdiri walaupun sudah banyak rumah yang direnovasi dengan menggunakan cor beton. Bila air laut pasang (naik), jarak antara lantai rumah dengan air laut sangat dekat sekali. Sebaliknya bila air laut surut (turun), tampak sekali tiang-tiang yang menopang rumah mereka.

Rumah salah satu penduduk yang terbuat dari kayu
Rumah salah satu penduduk yang sudah dibangun dengan beton
Jalan yang menghubungkan antar rumah disebut pelantar. Lebar pelantar sekitar 1.5 sampai 2.5 meter dengan panjang bervariasi tapi umumnya adalah jalan buntu. Pelantar inilah yang menjadi akses mobilitas masyarakat setempat. Masyarakat biasanya berjalan kaki / bersepeda dari satu tempat ke tempat lainnya di Senggarang. Sangat jarang Anda menemukan orang mengendarai sepeda motor / mobil walaupun ada beberapa keluarga yang tinggal di daerah perbukitan di sekitar Senggarang mengendarai kendaraan bermotor mereka untuk menuju ke Senggarang.

Sepeda menjadi alat transportasi andalan di Senggarang
Budaya dan adat istiadat Tionghua masih sangat kental dipraktekkan di tempat ini. Pada berbagai perayaan menurut penanggalan Imlek, di rumah maupun sepanjang jalan di tempat ini akan dihiasi dengan berbagai ornamen khas Cina. 


Mayoritas penduduk menjalankan tradisi menurut kepercayaan Konghuchu walaupun ada pula beberapa keluarga yang mempraktekkan ajaran agama Budha, Kristen dan Islam. Setidaknya ada 7 kelenteng dan 2 vihara didirikan di tempat ini sebagai tempat beribadat bagi umat  Konghuchu dan Budha sedangkan hanya ada masing-masing satu gereja dan mesjid berdiri di tempat ini. Tapi, toleransi antar umat beragama dapat dirasakan dari kehidupan masyarakat di Senggarang.

Rasa solidaritas dan kekeluargaan di antara masyarakatpun masih sangat kental dipraktekkan. Bagaikan peribahasa berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, warga di sini biasanya selalu berbagi baik dalam suasana suka maupun duka. Jika ada keluarga yang bersuka, warga sekampung akan datang merayakan rasa sukacita itu. Jika ada keluarga yang tertimpa kemalangan, wargapun akan datang menghibur dan memberikan uluran tangan.

Selain itu, ke-Bhineka Tunggal Ika-an pun sangat dirasakan di komunitas ini. Warga dari latar belakang suku ataupun agama apapun bercampur baur tanpa mendiskriminasikan kaum tertentu. Segala macam perbedaan yang ada justru saling mengisi dan menguatkan sebuah ikatan akan persatuan. Anak-anak kaum Tionghua bermain bola, karet, petak umpet bahkan berenang di tepi laut dengan anak-anak dari kaum Melayu / Bugis. Begitu pula dengan ibu-ibu dan bapak-bapaknya.

Mata pencaharian penduduk di sini cukup beraneka ragam. Banyak keluarga yang menggantungkan hidupnya dengan laut misalnya menjadi nelayan, penarik boat bahkan bekerja di kapal-kapal barang / pesiar. Selain itu, ada pula yang berdagang baik di Senggarang maupun Tanjung Pinang. Ibu-ibu rumah tangga tidak hanya sibuk menjaga anak dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Beberapa dari mereka menjual makanan, membuka kedai kelontong bahkan menjadi pengusaha industri rumah tangga (kerupuk udang, otak-otak, bawang goreng).

Kerupuk udang milik salah satu warga yang menjalankan industri rumah tangga ini sedang dijemur

Masuknya komunitas Tionghua ke Senggarang
Etnis ini berkembang pada masa pemerintahan Daeng Celak sebagai Yang Dipertuan Muda Riau II (1728 – 1745). Pada masa bangsawan Bugis asal Luwu ini, kawasan Senggarang digalakkan sebagai tempat pengembangan tanaman gambir untuk komoditi ekspor.

Pada masa itu, Etnis Tionghua banyak dipekerjakan karena mereka lebih berpengalaman dibanding dengan etnis lainnya di Tanjung Pinang. Daeng Celak memberikan kesempatan kepada para pekerja dari Cina itu untuk menempati kawasan Senggarang sebagai tempat pemukiman mereka.

Kawasan Senggarang dikembangkan secara nyata baru pada masa Daeng Kamboja sebagai Yang Dipertuan Muda Riau III. Kemudian pada masa Raja Haji sebagai Yang Dipertuan Muda Riau IV, etnis Tionghua banyak diperkerjakan sebagai pembuat peluru/proyektil logam, dan mesiu untuk penguasa setempat. Setelah itu, kawasan ini semakin berkembang menjadi kawasan pemukiman.

Makanan khas Senggarang
Karena letaknya di tepi laut, Senggarang tentunya terkenal dengan hasil lautnya. Kerang gong-gong menjadi khas Senggarang dan Tanjung Pinang. Kerang dengan cangkang berwarna putih kekuningan ini memiliki citarasa tersendiri dan cara penyajiannyapun cukup sederhana. Hanya cukup direbus dengan air hingga matang dan disajikan dengan sambal belacan. Selain itu, gong-gong juga bisa diolah dengan bahan makanan lainnya seperti telur, nasi, mie sesuai selera Anda.

Courtesy: www.us.detik.com
Gonggong khas Senggarang / Tanjung Pinang
Biasanya para turis akan dibawa ke satu-satunya restoran di sini: Restoran Lumba Lumba (masyarakat setempat menyebutnya: Ah Keng -  nama sang pemilik). Restoran ini menyajikan berbagai masakan hasil laut yang diracik dengan rasa dan bumbu khas Senggarang. Saat Anda menikmati makanan, Anda juga bisa menikmati desiran ombak laut dan pemandangan Teluk Riau.

Jangan lupa membawa pulang oleh-oleh dari Senggarang. Nikmatnya “ceker ayam” khas Senggarangpun selalu akan terngiang jika Anda sudah pernah mencobanya. Jangan bayangkan kaki ayam yang dimasak dengan ramuan tertentu. Namanya saja yang ceker ayam, tapi makanan ringan ini berbentuk seperti jala ukuran bola dan terbuat dari tepung dan gula yang digoreng.

Kerupuk udang maupun ikan menjadi oleh-oleh yang tidak boleh dilupakan ketika berkunjung ke sini. Dibuat secara tradisional, kerupuk ini diolah dari udang / ikan yang segar, hasil tangkapan nelayan lokal dan dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari.

Masih ada satu lagi: otak-otak Tanjung Pinang yang harus Anda bawa pulang ketika meninggalkan tempat ini karena Anda sepertinya belum singgah ke Kota Gurindam jika Anda belum mencicipi otak-otak dan membawanya sebagai buah tangan.

Courtesy: www.langsungenak.com
Otak-otak khas Senggarang / Tanjung Pinang
Cuaca di Senggarang
Sama dengan wilayah Indonesia lainnya yang memiliki iklim tropis, temperatur rata-rata di Senggarang berkisar antara 210-320C dengan rata-rata 260 C. Matahari selalu bersinar dengan terik sepanjang tahun walaupun bulan Oktober sampai November setiap tahunnya, ketika angin monsoon utara bertiup, cuaca dapat tiba-tiba berubah ekstrim dengan adanya angin badai dan hujan lebat yang turun.

Wisata ke Senggarang
Senggarang bukan saja dikenal sebagai kawasan pemukiman penduduk di Tanjung Pinang. Senggarang juga menawarkan objek wisata yang sangat sayang kalau ditinggalkan jika Anda sudah datang ke Kota Gurindam – Tanjung Pinang.

Yang menjadi kekhasan wisata ke Senggarang adalah mengunjungi beberapa vihara / kelenteng yang sudah berusia ratusan tahun dan memiliki nilai sejarah tinggi. Selain itu, rumah-rumah panggung warga setempat bisa menjadi photo spot yang unik buat Anda terbiasa tinggal di daratan.

Vihara Dharma Sanana
Disebut Lo Yao Keng oleh warga setempat, kompleks vihara ini konon sudah berdiri sejak 200-300 tahun yang lalu. Setelah direnovasi pada tahun 1988, vihara ini tampak berdiri dengan megahnya di tepi pantai kawasan Lampu Merah di Senggarang. Kompleks vihara ini memiliki empat bangunan utama, tiga di antaranya merupakan kelenteng yang dibangun pada masa abad ke 18 Masehi - berada pada bagian depan kompleks menghadap ke laut - untuk menyembah dewa darat dan laut. Bangunan yang ke empat berada di bagian belakang klenteng pada tanah lebih tinggi, dibangun pada beberapa tahun terakhir ini, untuk penyembahan Sang Budha Amitahba.

Gerbang utama kompleks Lo Yao Keng
Setiap tahunnya, vihara ini ramai dikunjungi pada saat Tahun Baru Imlek Cina dan hari besar keagamaan lainnya. Umat melakukan sembayang untuk menghormati roh dan leluhur mereka yang sudah mati. Vihara ini juga banyak menarik wisatawan terutama dari Singapura dan Malaysia yang sering bersembahyang ke tempat ini.

Klenteng Tien Shang Miao                     
Kelenteng ini dibangun oleh Kapten Cina Chiao Ch’en tahun 1811 sebagai tempat tinggalnya, setelah lama tidak dihuni, barulah masyarakat Senggarang menjadikannya sebagai tempat peribadatan. Kondisi klenteng ini sudah dililit oleh akar pohon kayu ara atau beringin. Bangunan yang tampak sekarang adalah bangunan baru. Sedangkan bangunan lama yang masih tersisa adalah sebagian tembok sisi selatan (bagian depan) dan sisi timur (dinding samping).

Kelenteng Tien Shang Miao tampak dari depan
Perjalanan Menuju Senggarang
Pintu masuk ke Senggarang adalah melalui Tanjung Pinang. Untuk menuju Tanjung Pinang, Pelabuhan Sri Bintan Pura (terletak di pusat kota) menjadi pusat transit utama ferry dari Batam maupun berbagai pelabuhan lainnya di Kepri, provinsi Riau bahkan Jakarta. Pelabuhan ini juga menghubungkan Tanjung Pinang dengan Situlang Laut – Johor, Malaysia dan Tanah Merah, Singapura.

Courtesy: www.visqueraient.tripod.com
Pelabuhan Sri Bintan Pura - pintu utama menuju Tanjung Pinang

Melalui jalur udara, Tanjung Pinang baru saja dilayani oleh 3 penerbangan harian dari dan ke Jakarta melalui Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah (kode IATA: TNJ). Selain itu, ada beberapa penerbangan lainnya ke kota-kota kecil di Kepri dan Pekan Baru, Riau. Bandara ini terletak sekitar 12 km dari pusat kota. 


Courtesy: www.flickr.com
Bandara di Tanjung Pinang

Kalau ada banyak jalan menuju Roma, perjalanan ke Senggarang dari Tanjung Pinang hanya bisa ditempuh dengan dua cara: laut / darat.Masyarakat setempat lebih memilih untuk menyeberangi Teluk Riau dengan menaiki boat berukuran kecil (pompong)yang bisa menampung sekitar 10-12 orang dewasa. Perjalanan dari Dermaga Pelantar 1 Tanjung Pinang hanya mengambil waktu 5-7 menit. Anda bisa langsung sampai di Dermaga Senggarang dengan hanya membayar Rp. 5.000,- per orang untuk sekali jalan kepada penarik pompong.

 

Pompong - alat transportasi andalan masyarakat untuk menyeberang dari Tanjung Pinang ke Senggarang dan sebaliknya
Perjalanan dengan darat dapat ditempuh dengan menyusuri jalan provinsi yang menghubungkan Tanjung Pinang dengan kota lainnya di pulau Bintan. Dari pusat kota, Anda memerlukan waktu sekitar 40-50 menit untuk menyusuri daerah perbukitan di pantai barat pulau Bintan. Tentunya perjalanan ini bukan hanya memakan lebih banyak waktu tapi juga lebih besar biaya yang dikeluarkan karena Anda perlu menyewa kendaraan bermotor sendiri. Belum ada transportasi umum yang melayani rute ini.